Kinerja Semeter II Diyakini Positif, Bagaimana Neraca Perdagangan Otomotif Nasional?

 

Perform industri otomotif nasional semester I 2020 tidak membuat produsen sumringah. Situasi ketahan karena epidemi Covid-19 yang belum berkurang. Daya serap pasar tidak seoptimal beberapa tahun awalnya. Walau sebenarnya bagian ini masuk ke ranah taktiks dengan andil cukup banyak buat ekonomi negara. Tetapi Kementerian Perindustrian akui masih percaya paruh tahun ke-2 dapat mengambil hasil baik.

“Kami optimis jika performa industri otomotif berubah positif pada semester II tahun ini. Jika era sebelumnya berlangsung perlambatan sebab efek dari epidemi Covid-19,” papar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (17/9).

Di lain sisi, performa export otomotif serta rangkaiannya berdasarkan data Kementerian Perdagangan paling baru. Semasa enam bulan pertama 2020 cuma capai US$ 3.293 juta. Sesaat dalam periode Januari sampai Juni tahun ini, nilai import US$ 2.790 juta. Bermakna neraca perdagangan di tempat ini surplus US$ 503 juta atau sama dengan Rp 7,4 triliun. Keinginannya sampai akhir tahun tidak defisit.

Merujuk kembali pada data Kombinasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Pemasaran mobil dalam tiga bulan paling akhir memperlihatkan trend bertambah. Hasil marketing kendaraan dengan cara retail atau dari diler ke customer pada Agustus sekitar 37 beberapa ribu unit. Jumlah itu naik dibanding Juli sebesar 35.799 unit.

Disamping itu, pemasaran wholesales atau distribusi dari Agen Pemegang Brand ke diler pada Agustus 2020 tertera 37.277 unit. Angka itu naik 47 % hasil dari bulan sebelumbya yang capai 25.283 unit. “Berarti, telah ada rebound pemulihan. Pasar kembali lagi spending uangnya untuk membeli motor dan mobil,” klaim Agus.

Covid-19, kata menteri AGK, mengakibatkan ketidakstabilan pada ekonomi Indonesia. Baik dari bagian keinginan atau pemasaran. Yang berefek pada beberapa bagian manufaktur, termasuk juga industri otomotif. “Sebenarnya industri otomotif sudah dapat membuat lapangan pekerjaan yang besar sekali. Lebih dari 1 juta orang serta adalah salah satunya bagian prioritas dalam jadwal nasional. Pada peta jalan Making Indonesia 4.0,” lebih ia.

Ditambah, kesempatan peningkatan industri otomotif di Tanah Air besar. Sebab rasio kepemilikan kendaraan bermotor, Indonesia masih bertambah rendah. Yaitu seputar 87 unit per 1.000 orang, dibanding Malaysia yang sampai 450 unit per 1.000 orang. Lantas di Thailand dapat 220 unit per 1.000 orang. Walau demikian, lanjut Agus, dalam kerangka pasar otomotif Indonesia ialah pasar paling besar di Asia. Pada 2019 lebih dari 1 juta kendaraan dipasarkan di negeri. Selanjutnya 300.000 sudah di-export ke penjuru dunia.

“Ini pasti adalah kesempatan yang perlu dikejar serta tangkap. Supaya kita dapat menumbuhkembangkan industri otomotif yang berada di Indonesia. Karena itu pemerintah menggerakkan supaya pabrikasi otomotif manfaatkan jalinan di antara Indonesia dengan beberapa negara lain. Seperti beberapa tempat di Afrika serta Australia dalam meningkatkan pasar,” katanya.

Menteri AGK janji dalam melakukan pekerjaan. Dia berkemauan untuk selalu ambil kebijaksanaan taktiks dalam usaha meminimalisir efek epidemi Covid-19 pada industri otomotif. Tetapi, ini perlu dilaksanakan lewat pengaturan dengan beberapa penopang kebutuhan berkaitan. “Kami sudah menyarankan pemberian rangsangan fiskal, nonfiskal serta moneter buat aktor industri ini di negeri. Jelas supaya bertambah bernafsu dalam jalankan usaha. Akan tetapi, kami aktif memperingatkan ke aktor industri dalam jalankan kesibukan produksi. Selalu harus patuhi ketentuan prosedur kesehatan yang berlaku,” harapannya, dalam info tercatat pada OTO.com.

Comments are closed.